William Burchell Basyir Pickard
Pengarang,
Penyair dan Pengarang Cerita
"Semua
anak dilahirkan disertai kecenderungan kepada agama fithrah (Islam). Lalu ibu
bapaknyalah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi, Nasarani atau Majusi." Hadits
riwayat Bukhari dan Muslim.
Dilahirkan sebagai orang
Islam itu adalah suatu hakikat yang tidak saya sadari, kecuali sesudah beberapa
tahun kemudian. Di sekolah dan di universitas, saya selalu sibuk, mungkin
karena terlalu giat dengan soal-soal dan tuntutan-tuntutan masa lalu. Saya
tidak memperdulikan pengalaman saya pada waktu-waktu yang sangat berharga itu,
akan tetapi pengalaman itu terus maju.
Dalam lingkungan masyarakat
Kristen-lah saya mempelajari kehidupan yang baik, berpikir tentang Tuhan,
tentang ibadat dan tentang hidup yang lurus. Jika saya waktu itu menilai
sesuatu yang paling suci, maka saya menganggap suci kepada keturunan dan
keberanian.
Setelah lulus dari
Cambridge University, saya pergi ke Afrika Tengah bertugas sebagai pimpinan
dalam Protectorat Uganda. Di sanalah saya menemukan kehidupan yang baik dan
cemerlang dan sepenuhnya bertentangan dengan apa yang saya bayangkan pada waktu
saya masih ada di Inggris. Kebetulan tugas saya waktu itu mengharuskan saya
hidup di tengah-tengah saudara-saudara kita orang-orang kulit hitam yang dalam
segala pekerjaan saya tergantung kepada mereka, suatu kesempatan yang
menyebabkan saya bisa melihat pandangan hidup mereka yang luas tetapi mudah.
Dunia Timur selalu menarik
perhatian saya, dan di Cambridge saya membaca cerita 1001 malam. Di Afrika
sewaktu saya sedang duduk sendirian, saya membacanya sekali lagi. Kehidupan
saya yang berpindah-pindah di Uganda, tidak mengurangi perhatian saya kepada
dunia Timur.
Sewaktu saya mengalami
waktu-waktu yang penting dalam kehidupan ini, pecahlah perang dunia pertama,
sehingga saya terpaksa pulang dengan tergesa-gesa ke negeri saya di Eropa, di
mana kesehatan saya menjadi lemah. Setelah sembuh, saya melamar pekerjaan dalam
ketentaraan, akan tetapi sayang lamaran saya ditolak, karena alasan kesehatan.
Lalu saya datang ke barisan berkuda sukarela dan saya berhasil mengatasi
rintangan-rintangan kesehatan dengan satu dan lain cara. Sewaktu saya
mengenakan selempang barisan berkuda, saya merasa senang sekali. Di Perancis
sebelah barat saya ikut bertempur di medan Somme pada tahun 1917, di mana saya
mendapat luka dan ditangkap sebagai tawanan perang.
Saya pergi ke Belgia,
kemudian ke Jerman, di mana saya berbaris di rumah sakit. Di Jerman saya
melihat banyak orang yang menderita luka -luka, terutama di kalangan
orang-orang Rusia yang menderita disentri. Saya hampir mati kelaparan, ketika
saya tidak berguna buat orang-orang Jerman, sedangkan tulang lengan kanan saya
patah dan hanya mengalami kemajuan sedikit saja. Lalu mereka mengirim saya ke sebuah
rumah sakit di Swiss.
Saya ingat benar pada waktu
itu nilai Al - Qur'an tidak mengecil dalam
jiwa saya. Pada waktu saya berada di Jerman, saya telah menulis surat minta
dikirim sebuah terjemahan Al-Qur'an dari Sale. Beberapa tahun kemudian, tahulah
saya bahwa terjemahan yang dimaksud telah dikirim kepada saya tepat pada
waktunya, akan tetapi tidak pernah sampai kepada saya.
Di Swiss kesehatan saya
pulih kembali, sesudah mengalami operasi pada lengan dan betis saya, sehingga
saya bisa ke luar untuk berjalan jalan. Lalu saya membeli satu terjemahan
Al-Qur'an dalam bahasa Perancis, hasil karya Sayary. Naskah itu pada saya
sekarang merupakan sesuatu yang amat berharga. Di dalamnya saya menemukan
kebahagiaan, dan cahaya jiwa saya memancar memenuhi hati saya dengan
keberkahan.
Waktu itu tangan kanan saya
masih lemah, sehingga terpaksa saya menulis Al-Qur'an itu dengan tangan kiri.
Ketergantungan saya kepada
Al-Qur'an terbukti kalau saya katakan bahwa salah satu kenangan yang paling
berkesan pada jiwa saya ialah cerita 1001 malam mengenai seorang pemuda yang
kedapatan hidup menyendiri di tengah kota mati. Dia membaca Al-Qur'an tanpa
memperdulikan sekitarnya. Waktu itulah di Swiss saya benar-benar telah menyerah
kepada kehendak Allah ta’ala.
Tegasnya saya telah menjadi orang Islam.
Sesudah perang selesai,
saya kembali ke London pada bulan Desember 1918, dan kurang lebih tiga tahun
kemudian, yakni pada tahun 1921 saya mengikuti kuliah sastra pada London
University. Di antara mata kuliah yang banyak itu, saya pilih sastra Arab yang
saya pernah ikuti kuliahnya di King's College. Di sinilah pada suatu hari
profesor saya dalam bahasa Arab, alm. Mr. Belshah dari Irak menerangkan tentang
Al-Qur'an. Beliau berkata: "Tuan percaya atau tidak, pasti Tuan akan
menemukan Al-Qur'an sebagai Kitab yang menarik dan patut dipelajari."
Saya menjawab: "Tapi
saya sungguh-sungguh percaya kepadanya."
Pernyataan saya ini telah
mengagetkan dan sungguh-sungguh menarik perhatian Guru Besar saya itu. Setelah
berbicara sebentar, beliau mengajak saya untuk bersamanya pergi ke Mesjid
London di Notting Hill Gate. Sesudah itu, saya berulang kali datang ke Mesjid
itu, sehingga pengetahuan saya tentang peribadatan Islam semakin bertambah, dan
sampailah saatnya pada permulaan tahun 1922 saya mengumumkan ke-Islaman saya
dan menggabungkan diri dengan masyarakat Islam.
Hal itu telah berlalu lebih
dari seperempat abad, dan sejak saat itulah saya hidup sebagai orang Islam,
baik secara teori maupun praktek, sekuat kemampuan saya dalam hidup ini.
Kekuasaan, Hikmat dan Rahmat Allah ta’ala. meliputi segala-galanya. Dan lapangan ilmu pengetahuan
terbentang luas tanpa batas di hadapan saya, dan saya yakin bahwa
"pakaian" yang paling cocok untuk dikenakan sepanjang hidup saya ini
ialah penyerahan diri kepada Allah, kepala saya berserbankan tasbih dan tahmid
dan hati saya penuh dengan rasa cinta kepada SATU PENGUASA TERTINGGI.
Wal-hamdu
lillaahi Rabbil-'aalamiin!
Navis B. Jolly (Inggris)
Saya lahir dalam lingkungan
masyarakat Kristen, dan saya dibaptis dalam Gereja Inggris serta mengikuti
sekolah Gereja, di mana sewaktu saya masih berumur belasan tahun telah membaca
kisah Yesus Kristus, seperti yang terdapat dalam Injil-injil. Hal itu
menumbuhkan pengaruh emosional yang mendalam pada jiwa saya, seperti juga saya
merasakan hal yang sama pada waktu setiap kali saya datang ke Gereja, melihat
altar yang tinggi yang dipenuhi dengan lilin menyala, kemenyan dan para pendeta
dengan selendang-selendang adatnya, dan saya mendengar nyanyian misterious di
waktu sembahyang.
Saya yakin bahwa pada
tahun-tahun yang hanya sebentar itu, saya adalah seorang Kristen yang
bersemangat. Kemudian berbareng dengan kemajuan saya dalam belajar dan hubungan
saya yang tetap dengan Injil serta segala sesuatu yang bersangkutan dengan
ke-Kristenan, terbentanglah luas di hadapan saya kesempatan berpikir mengenai
apa yang saya baca dan saya saksikan, mengenai apa yang saya lakukan dan saya
percayai. Segeralah saya mulai merasa tidak puas mengenai beberapa hal. Pada
waktu itu juga saya meninggalkan sekolah gereja dan saya menjadi seorang atheis
tulen, tidak mau percaya kepada agama.
Tapi kemudian saya mulai
lagi mempelajari agama-agama lain yang penting-penting di dunia. Saya mulai
mempelajari agama Buddha. Saya pelajari dengan sungguh-sungguh itu jalan yang
delapan, dan ternyata memang tujuannya baik, tapi kurang memberi petunjuk dan
kurang terperinci.
Dalam agama Hindu saya
dihadapkan bukan hanya kepada tiga, tetapi kepada beberapa ratus Tuhan yang
masing-masing memiliki kisah sejarah yang sangat fantastik dan tidak mungkin
bisa diterima oleh akal saya.
Kemudian saya membaca
sedikit tentang agama Yahudi, tapi sebelum itu saya telah cukup banyak membaca
tentangnya dalam Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa agama Yahudi itu tidak
dapat memenuhi beberapa nilai yang mesti dimiliki oleh sesuatu agama.
Dengan bimbingan seorang
sahabat, saya mulai mempelajari soal-soal ilmu kerohanian, dan untuk itu saya
harus menghadiri majelisnya yang dikuasai oleh roh-roh orang yang sudah mati.
Tapi saya tidak meneruskan praktek ini lebih lama, karena saya yakin sepenuhnya
bahwa hal itu tidak lebih dari sekedar dorongan kejiwaan, dan saya menjadi
takut untuk melanjutkannya.
Sehabis perang dunia, saya
berhasil mendapat pekerjaan pada sebuah kantor di London. Akan tetapi pekerjaan
itu tidak mengurangi perhatian saya terhadap soal-soal agama. Pada suatu hari
sebuah surat kabar lokal memuat sebuah artikel yang saya sanggah dengan sebuah
tulisan, yaitu mengenai ketuhanan Yesus sebagaimana tersebut dalam Injil.
Sanggahan saya itu menghasilkan banyak hubungan antara saya dengan para pembaca
yang di antaranya terdapat seorang Muslim. Mulai saya berbicara dan berdiskusi
tentang Islam dengan kenalan saya yang baru ini. Dan pada setiap tinjauan saya
tentang macam-macam segi dari agama ini saya terjatuh. Walaupun saya pikir hal
itu tidak mungkin, saya harus mengakui bahwa yang sempurna telah sampai kepada
kita melalui seorang manusia biasa, sedangkan pemerintah-pemerintah yang paling
baikpun di abad ke-20 ini tidak mampu melebihi perundang-undangan yang
diberikan wahyu itu, bahkan negara-negara maju itu selalu mengutip susunannya
dari susunan Islam.
Pada waktu itu saya bertemu
dengan beberapa orang kaum Muslimin dan beberapa orang gadis Inggris yang
meninggalkan agama mereka (Kristen) dan dengan segala kemampuan mereka membantu
saya dalam mengatasi segala kesulitan yang saya hadapi. Hal itu terjadi karena
memang kami muncul/lahir dalam satu lingkungan. Tenaga/ bantuan mereka
dicurahkan tanpa pamrih.
Saya telah membaca banyak
buku-buku. Saya ingat di antaranya ialah buku "The Relegion of
Islam", "Mohammad and Christ" dan "The Sources of
Christianity". Buku yang terakhir ini banyak menunjukkan persamaan antara
agama Kristen dan cerita-cerita khayal zaman penyembahan berhala purba. Ini
sangat mengesankan saya Yang terpenting dari semua itu ialah bahwa saya telah
membaca Al-Qur'an. Pada pertama kali, nampak kepada saya seakan-akan kebanyakan
isi Al-Qur'an itu berulang-ulang dan saya belum percaya sepenuhnya atas semua
isinya. Akan tetapi saya merasa bahwa isi Al-Qur'an itu telah meresap ke dalam
jiwa saya secara sedikit demi sedikit. Selang beberapa malam, saya menemukan
keinginan dalam jiwa saya untuk tidak melepaskan lagi Al-Qur'an dari tangan
saya. Kebanyakan yang menarik perhatian saya ialah itu persoalan yang ajaib,
bagamana bisa terjadi bahwa petunjuk yang demikian sempurna itu sampai kepada
alam kemanusiaan melalui manusia yang bersifat kekurangan. Kaum Muslimin
sendiri selalu mengatakan bahwa Nabi Muhxtnmad shallallahu
alaihi wa sallam
itu manusia biasa.
Sungguh saya mengerti bahwa
menurut Islam, Rasul-rasul itu adalah manusia biasa dan bahwa wahyu bukan perkara baru, sebab dahulu wahyu
pernah diturunkan kepada para Nabi Yahudi dan bahwa Isa (Yesus) adalah Nabi
terakhir dari kalangan bangsa Yahudi. Akan tetapi sebuah teka-teki selalu
menggoda pikiran saya: Mengapa wahyu itu tidak diturunkan kepada Rasul-rasul
abad kedua puluh?! Jawabnya, saya pikir ialah apa yang diterangkan oleh
Al-Qur'an bahwa Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah Rasul Allah dan Nabi penutup.
Hal itu jawaban yang sempurna dan tidak bisa dibantah, karena bagamana bisa
jadi diutus lagi Rasul-rasul sesudah Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam,
sedangkan Al-Qur'anul-Majid adalah sebuah Kitab yang komplit yang menjelaskan
segala sesuatu dan membenarkan segala yang ada di hadapan kita, dan bahwa
Al-Qur'an itu kekal untuk selama-lamanya tanpa penggantian dan perubahan,
sebagaimana dinyatakan oleh Al-Qur'an dan diperkuat dengan kenyataan:
Sesungguhnya
Aku telah menurunkan Al-Qur'an dan Aku menjaganya. -- Al-Hijr 9.
Tidak bisa diragukan bahwa
sesudah itu tidak akan ada kebutuhan lagi kepada Rasul-rasul dan Kitab-kitab
baru. Hal itu tertanam kuat dalam lubuk hati saya.
Saya baca bahwa Al-Qur'an
itu petunjuk bagi mereka yang berpikir dan Al-Qur'an menantang kepada setiap
orang yang ragu-ragu, supaya mereka membuat satu surat saja yang serupa dengan
Surat Al-Qur'an:
Jika
kamu berada dalam keraguan mengenai apa yang telah Aku turunkan kepada
hamba-Ku, datangkanlah satu surat yang semacamnya dan panggillah
berhala-berhala kamu, jika memang kamu benar. -- Al-Baqarah 23.
Saya berpikir keras, jika
ternyata pengaturan Al-Qur'an tentang hidup diberikan kepada seorang yang lahir
pada tahun 570 Masehi, maka saya merasa pasti bahwa kita yang hidup pada tahun
1944 ini akan mampu untuk mencapai ajaran yang lebih baik dari itu. Mulailah
saya pelajari kemungkinan ini, tapi ternyata saya gagal dalam segala lapangan.
Saya yakin, bahwa saya
telah pernah terpengaruh dengan apa yang saya dengar dari atas mimbar-mimbar
Kristen yang menentang Islam dalam soal poligami. Saya mengira bahwa saya dapat
melancarkan kritik mengenai masalah itu, karena waktu itu saya yakin bahwa
teori Barat tentang monogami itu lebih baik dari pada teori kolot yang
menyerukan poligami. Soal itu saya bicarakan dengan sahabat saya, orang Islam
itu yang dengan kontan mengemukakan bantahan yang meyakinkan bahwa bolehnya
poligami itu dalam batas-batas tertentu. Poligami itu hanya satu usaha untuk
mengatasi apa yang sekarang terjadi di dunia Barat, yaitu meluasnya
hubungan-hubungan gelap antara dua jenis manusia yang berbeda, dalam bentuk
yang semakin beraneka-ragam. Keterangan sahabat saya itu diperkuat dengan
berita-berita yang tersiar dalam surat-surat kabar yang menjelaskan sedikitnya
jumlah orang-orang yang mencukupkan diri dalam praktek dengan satu isteri saja
di Inggris.
Saya sendiri melihat bahwa
sesudah selesainya perang, jumlah kaum wanita dalam usia tertentu menjadi lebih
banyak dari pada pria. Keadaan ini mengakibatkan ,tidak sedikit kaum wanita
yang menghadapi kesulitan untuk menemukan kesempatan bersuami. Apakah memang
Allah taala.
menciptakan wanita semata-mata untuk menghadapi kesulitan?
Saya selalu ingat, bahwa
dalam program siaran radio yang dikenal dengan nama "Dear Sir",
seorang gadis Inggris yang belum pernah kawin mengajukan tuntutan supaya
diadakan undang-undang yang membolehkan poligami. Dia mengatakan bahwa dirinya
lebih baik hidup dalam ikatan perkawinan bersama dengan istri-istri lain dari
pada hidup menyendiri secara liar yang seolah-olah menjadi ketentuan takdir
buat dirinya.
Dalam Islam tidak ada
kewajiban berpoligami, tapi jelas bahwa tanda agama yang sempurna itu ialah
memberikan kesempatan untuk itu.
Kemudian kepada sahabat
saya orang Islam itu saya kemukakan masalah sembahyang wajib yang saya kira
merupakan titik kelemahan Islam, sebab melakukan sembahyang berulang-ulang
sampai 5 kali itu setiap hari dan malam itu mesti hanya merupakan kebiasaan
yang tidak ada artinya. Akan tetapi sahabat saya itu kontan menjawab dengan
jelas. Dia berkata: "Bagamana dengan praktek memetik alat-alat musik?
Bukankah anda menghabiskan waktu setengah jam setiap hari untuk mengulanginya?
Apakah jiwa anda terpengaruh atau tidak? Hal itu pasti hilang keindahannya,
jika hanya sekedar kebiasaan saja. Yang mempengaruhi jiwa kita itu ialah
pikiran kita tentang apa yang kita kerjakan. Demikian juga halnya dalam soal
musik. Sebenarnya, memetik saja tanpa pikiran sudah cukup berpengaruh ke dalam
jiwa kita, dari pada tidak memetik sama sekali. Begitu juga dalam hal
sembahyang. Melakukan sembahyang tanpa pikiran yang khusyuk saja sudah cukup
baik pengaruhnya dalam jiwa kita, dari pada tidak sembahyang sama sekali."
Setiap orang yang
mempelajari musik mengakui kebenaran ini. Apalagi jika kita tahu bahwa
sembahyang Islam itu hanya berguna bagi orang yang melakukannya sebagai latihan
rohani, melebihi hikmah faedahnya yang banyak. Sedangkan Allah Rabbul-'alamin
tidak butuh kepada sembahyang makhluk-makhluk ini.
Sesudah itu,
mulailah jiwa saya menjadi tenang dan berangsur-angsur dapat menerima kebenaran
yang dibawa oleh Islam. Lalu saya umumkan keimanan saya, dan saya memeluk
Islam. Saya lakukan itu dengan penuh kepuasan, dan saya buktikan bahwa hal itu
bukan sekedar tindakan emosional, tapi hasil pemikiran yang lama, terakhir
hampir menghabiskan waktu dua tahun, selama mana saya berusaha melawan segala
hawa nafsu yang selalu ingin membelokkan saya ke jalan yang lain.
Lady Evelyn Zeinab Cobbold (Inggris)
Pertanyaan terbanyak yang
saya terima, ialah: Kapan dan mengapa saya memeluk agama Islam'!
Saya hanya bisa menjawab
bahwa tidak mungkin saya dapat memastikan secara persis detik-detik yang
menentukan, sewaktu cahaya ke-Islaman memancar masuk ke dalam jiwa saya. Yang
jelas ialah bahwa saya sudah menjadi orang Islam. Kejadian ini bukan satu
keanehan, jika orang ingat bahwa Islam itu adalah agama fithrah (natural
religion). Ini berarti bahwa seorang bayi itu akan tumbuh menjadi seorang
pemuda Islam jika dia dibiarkan hidup di atas fitrahnya sendiri. Seorang
kritikus Barat pernah membenarkannya dengan perkataan: "Islam is the
relegion of common sense" atau "Islam adalah agama akal." Setiap
bacaan dan pelajaran saya tentang Islam bertambah, bertambah pulalah keyakinan
saya bahwa Islam itu adalah suatu agama yang paling praktis dan paling mampu
menyelesaikan segala kesulitan dunia dan membawa alam kemanusiaan ke jalan
keamanan dan kebahagiaan. Karena itulah maka saya tidak ragu-ragu dalam
kepercayaan saya bahwa Allah itu SATU/ESA, dan bahwa Musa, Isa dan Muhammad alaihimus salam. serta Nabi-nabi lain yang
sebelumnya itu adalah para Nabi yang dituruni wahyu oleh Tuhan, bahwa kita
manusia semua tidak dilahirkan dalam dosa, dan kita tidak memerlukan seorang
perantara dalam menghadap Tuhan. Kita semua mampu menghubungkan jiwa kita
dengan Dia sembarang waktu, dan manusia itu, sampai Muhammad dan Isa alaihimas salam
sekalipun
tidak ada yang bisa menjamin apa-apa untuk kita dari Allah, dan bahwa
keselamatan/kebahagiaan hidup kita itu tergantung kepada cara hidup dan amal
perbuatan kita sendiri.
"Islam" berarti
tunduk dan menyerah kepada Allah. "Islam" juga berarti selamat dan
aman. Sedangkan seorang Muslim itu ialah orang yang beriman dan melaksanakan
ajaran-ajaran Allah, sehingga dia bisa hidup dengan aman di hadapan Allah dan
dalam lingkungan makhluk-Nya.
Islam berdiri di atas dua
pokok. Pertama ialah ke-Esaan Allah, dan kedua ialah persaudaraan yang meliputi
seluruh alam kemanusiaan. Islam bebas dari theologi dogmatis yang memberatkan.
Lebih dari itu semua, Islam adalah suatu agama yang positif.
Dalam ibadah Haji --suatu
peribadatan yang tidak bisa dijelaskan pengaruhnya dengan kata-kata-- orang
melihat dirinya sebagai satu anggota dalam sebuah pergumulan besar dari seluruh
dunia pada kesempatan suci di tanah suci, untuk bersama-sama dengan segala
kekhusyuan mengagungkan Allah. Dengan demikian tumbuhlah dalam jiwanya kesan
tentang agungnya idealisme Islam, yakni terbukanya kesempatan baik untuk
bersama-sama masuk dalam kancah percobaan kerohanian yang dianugerahkan Allah shallallahu
alaihi wa sallam.
kepada alam kemanusiaan. Menziarahi tempat kelahiran Islam, bekas-bekas
perjuangan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. sewaktu beliau mengajak alam
kemanusiaan yang sesat supaya kembali kepada Allah. Semua kehidupan yang penuh berkah itu membangkitkan
kesan dalam semua hati dan ingatan kepada perjuangan lama makan banyak waktu,
yang dijalankan oleh Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. dalam tahun-tahun yang penuh
pengorbanan. Semua itu berpengaruh dalam jiwa dan melebur dalam semburat cahaya
langit yang menerangi seluruh jagat raya. Bukan itu saja, dalam ibadah Haji itu
masih ada yang lebih penting lagi, yaitu membuktikan adanya persatuan di
kalangan kaum Muslimin. Kalau ada suatu hal yang dapat mempersatukan kekuatan
Ummat Islam yang bercerai-berai dan memberinya corak persaudaraan dan semangat
kerjasama, maka ibadah Haji-lah yang dapat membuktikannya. Dalam melaksanakan
ibadah Haji terdapat kesempatan untuk mempertemukan semua bangsa dari seluruh
dunia untuk saling berkenalan dan bertukar pikiran tentang hal-ihwal
masing-masing, dan mempersatukan tenaga dalam usaha kemaslahatan bersama dengan
mengesampingkan soal-soal negeri tempat tinggal, perbedaan golongan dan
madzhab, warna kulit atau kebangsaan. Semua bersatu dalam satu ikatan
persaudaraan besar dalam akidah yang mengilhami bahwa merekalah sebenamya yang
pantas menjadi pewaris keagungan.
Miss Fatima Kazue (Jepang)
Sejak terjadinya perang
dunia ke-II, saya telah kehilangan kepercayaan kepada agama kami, yakni sejak
saya menjalankan kehidupan secara Amerika. Saya merasa ada sesuatu yang
terlepas dari jiwa saya, akan tetapi saya bisa menentukan apa yang telah hilang
itu, sedangkan jiwa saya tetap menuntut supaya saya menentukan apa yang hilang
itu.
Adalah nasib baik bagi saya
kenal dengan seorang Muslimah
yang sudah lama tinggal di Tokyo, dan cara hidup serta ibadahnya sungguh
mengagumkan saya. Lalu saya tanya dia tentang beberapa masalah yang dijawabnya
dengan jawaban yang cukup meyakinkan, memuaskan akal dan jiwa sekaligus. Dia
memberitahukan kepada saya tentang bagamana seharusnya manusia hidup sesuai
dengan hukum-hukum yang telah ditentukan Allah ta’ala. Saya tidak membayangkan
sebelumnya bahwa pandangan manusia akan berubah secepat apa yang saya alami
dalam jiwa saya, ketika saya mengikuti dan menjalankan kehidupan secara Islam.
Saya merasa bahwa saya setuju dengan Tuhan yang menciptakan saya.
Dengarlah penghormatan
seorang Muslim: "Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh".
Kalimat itu merupakan do'a memohonkan keselamatan dari Allah, do'a mohon
kebahagiaan yang abadi. Ini sangat berbeda dengan kata-kata "good
morning" dan "good afternoon", suatu penghormatan yang hanya
secara sederhana mengharapkan kebaikan pagi dan sore, di dalamnya tidak
terkandung harapan yang kekal, tidak pula mengandung do'a kepada Allah agar
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya.
Sahabat saya yang Muslim
itu mengajarkan kepada saya tentang banyak hal yang harus diimani oleh setiap
Muslim serta peribadatan yang harus ditunaikan. Saya.amat tertarik oleh cara
hidup menurut ajaran Islam, kebersihannya, keluasannya dan kebiasaannya
mengucapkan salam.
Saya yakin sepenuhnya bahwa
Islam adalah satu-satunya agama yang bisa menjamin keselamatan dan ketentraman
hidup seseorang dan masyarakat secara merata. Hanya Islam sajalah yang
memberikan keselamatan hakiki kepada alam kemanusiaan, berlaku dalam waktu yang
lama dan membimbing rnereka kepada keamanan.
Berbahagialah
saya, bahwa saya setuju dengan jalan keselamatan, dan saya sangat mengharap
dapat menyebarluaskan Islam di kalangan bangsa saya, manakala saya menemukan
jalan untuk itu.
Mahmud Gunnar Erikson (Sweden)
Segala puji bagi Allah,
shalawat dan salam bagi Rasul-Nya yang mulia. Saya bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah satu-satunya, tanpa sekutu, dan Saya bersaksi bahwa Muhammad
shallallahu
alaihi wa sallam itu
hamba dan Utusan-Nya.
Hubungan saya dengan Islam
untuk pertama kali dimulai sejak lima tahun yang lalu. Seorang sahabat baik
saya telah membacakan Kitab Suci Al-Qur'an karena beberapa alasan. Saya tidak
akan melupakan Kitab Suci ini yang oleh sahabat saya telah diberitahukan
sebahagian isinya. Kemudian saya berusaha untuk mendapatkan terjemahannya dalam
bahasa Swedia. Saya telah berhasil mendapatkannya lebih dahulu dari sahabat .saya
itu, dan mulailah saya membacanya. Dan karena saya mendapatkannya sebagai
pinjaman dari sebuah perpustakaan umum, maka saya tidak dapat memegangnya lebih
dari dua minggu. Karena itulah maka saya terpaksa meminjamnya kembali
berulang-ulang, dan setiap kali saya membacanya, bentambahlah keyakinan saya
bahwa isi Al-Qur'an itu benar, sampai pada suatu hari bulan Nopember tahun 1950
saya memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Satu atau dua tahun telah
berlalu dalam keadaan saya sebagai penganut Islam, tapi tidak lebih dari itu.
Sampai pada suatu hari saya datang ke perpustakaan umum pusat di Stockholm.
Saya teringat kembali bahwa saya seorang Muslim. Lalu saya berusaha mencari
perpustakaan yang menyimpan buku-buku tentang agama Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam.
Saya bergembira ketika saya mendapatkan satu di antaranya, lalu saya
meminjamnya sebentar dan saya membacanya dengan penuh perhatian bersama
terjemahan Al-Qur'an dari Muhammad Ali. Sekarang saya menjadi lebih yakin
tentang kebenaran Islam, dan sejak itulah saya mulai melaksanakannya dalam
praktek.
Kemudian dalam satu
kesempatan, saya menggabungkan diri dengan Jema'ah Islam Swedia, dan saya
melakukan Sembahyang 'Id untuk pertama kalinya di Stockholm pada tahun 1952.
Inilah posisi saya ketika saya pergi ke Inggris, tepat beberapa minggu sebelum
hari 'Idul-Fithry tahun 1372 H. Pada liari pertama saya sampai di sana, saya
pergi ke Mesjid Woking, di mana saya dianjurkan supaya mengumumkan ke-Islaman
saya pada hari raya 'Id. Dan hal itu telah saya laksanakan.
Sesungguhnya apa yang
mengagumkan saya dalam Islam dan tidak habis-habisnya mengagumkan saya, ialah
ajarannya yang rasional. Islam tidak akan minta kepada anda supaya mempercayai
sesuatu sebelum anda mengerti dan mengetahui sebab-sebabnya. Al-Qur'an telah
memberikan contoh-contoh kepada kita mengenai adanya Allah secara tidak
berlebih dan memang tidak bisa dilebih-lebihkan.
Segi lainnya dalam Islam
yang mengagumkan saya, ialah sifatya yang menyeluruh meliputi segala pelosok
dunia dan segala bangsa. Al-Qur'an tidak menyebut Allah itu sebagai Tuhannya
bangsa Arab atau bangsa lain tertentu. Tidak! Bahkan tidak juga Islam
menyebutkan Allah sebagai Tuhan dunia ini, akan tetapi Tuhannya seluruh alam
(Rabbul-'alamin). Sedangkan Kitab Suci yang lain menyebutnya sebagai
"Tuhan Bani Israil" dan sebagainya. Lebih dari itu, malah Islam
memerintahkan supaya kita beriman kepada semua Rasul, baik yang tertulis dalam
Al-Qur'an maupun yang tidak.
Akhirnya saya telah
menemukan dalam kitab-kitab wahyu yang terdahulu beberapa keterangan yang
banyak sekali tanpa keraguan tentang akan diutusnya Muhammad shallallahu alaihi
wa sallam. Dalam hal ini, Al-Qur'an menyatakan:
Hari
ini telah Aku sempurnakan agama kamu, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku buat kamu,
dan Aku rela Islam sebagai agama kamu. -- Al-Maaidah 3.
Dan:
Sesungguhnya
agama yang diridlai Allah ialah Islam --. Ali Imran 19
---------------------------------------------------------------------------------------------------
-
Terima kasih atas kunjungan anda di blog kami yang sederhana ini
-
Sebagian besar artikel adalah hasil CoPas dari berbagai sumber
-
Klik “ Like “ dan komentar dari anda sangat bermakna bagi kami
-
Bila menurut anda artikel ini bermanfaat, sudi kiranya anda “ Share “
sebagai bentuk dakwah kebaikan
0 komentar:
Posting Komentar